Skip to main content

Wisuda bulan Sebelas, Bisakah ?

Sumber : Google
Setelah ditinggalkan oleh teman-teman seangkatan yang lebih dahulu wisuda, maka dimulailah perjuangan kami yang terdiri dari 11 orang tersisa dari kelas yang sama untuk menyusul mereka, kelulusan mereka seakan telah menjadi api yang membakar semangat kecil kami untuk segera ikut menyelesaikan studi dan menyandang gelar yang sama, sarjana pendidikan. Bulan 11 adalah slogan dan juga menjadi target bersama sebagai bulan dimana kami akan memasang toga bersama-sama dalam suasana bahagia. Dibulan itu kami semua yang tersisa dari kelas bilingual ini akan mengosongkan daftar nama dan menjadi seorang sarjana yang sebenarnya, lepas dari tetek bengek kampus yang telah kami huni selama beberapa tahun ini. Tapi sekarang mendengar nama sarjana terasa sangat menyakitkan di telinga.

Sumber : Pinterest
Yah, harapan hanya sekedar harapan. Sekarang telah memasuki penghujung bulan sembilan yang berarti kami hanya memiliki Dua bulan tersisa untuk menyelesaikan apa yang kami cita-citakan bersama. Berbagai pemikiran tentang lulus tepat waktu juga mulai memudar dari kepala. Bagaimana tidak, waktu Dua bulan sangat tidak cukup untuk menyelesaikan ini semua melihat dari subjek judul tugas akhir yang kami buat, estimasi waktu yang kami butuhkan masih berkutat sekitar tiga atau empat bulan lagi. Jadi haruskah kami mengucapkan selamat tinggal kepada bulan 11 seperti yang kami lakukan pada bulan delapan kemarin. Tidak, kami belum menyerah sama sekali. Kami masih memiliki senjata pamungkas terakhir yaitu KKK (kerja kalang kabut).

Maka dimulailah tahap baru pengerjaan kami dengan sistem baru. Setiap hari kuliah diwaktu siang kami akan bertemu di kampus untuk mengurus berbagai keperluan kampus. Jika sore telah menjelang, kami akan berpindah tempat ke sebuah kedai yang menyediakan akses internet super cepat untuk mengerjakan proyek akhir bersama-sama. Ketika waktu sudah hampir menjelang tengah malam, kami akan merencanakan agenda yang akan dilakukan besok paginya lagi, seperti apakah persuratan sudah selesai, bagaimana model bahasa yang baik untuk digunakan. Siapa resource yang bisa dipercaya untuk menangani masalah yang sedang menghambat kemudian barulah kami pulang ke kediaman masing-masing. Semuanya tidak selesai sampai disitu, dirumah kami masih harus berusaha mengejar waktu deadline dengan mengerjakan program secara individu. Peningkatan sesedikit mungkin dapat mengurangi pekerjaan kami esok harinya, tidak jarang kami harus begadang sampai waktu subuh hanya untuk menyelesaikan satu persoalan saja. Setelah waktu subuh berakhir barulah kami memiliki waktu untuk beristirahat. Dan begitulah kehidupan kami berlangsung besok harinya, besok harinya kemudian, dan besok harinya lagi.

Sumber : Google
Dengan perjuangan sekeras itu, hanya dalam waktu seminggu saja kantung mata sudah mulai menghiasi wajah kami. Tapi apa boleh buat, kami sudah terlanjur panik. Hal yang baik dari rasa panik adalah terkonsentrasinya pikiran untuk menyelesaikan semua masalah secara lebih sederhana dan tepat. Dengan kata lain, fokus kita akan tertuju pada satu hal saja yaitu kelulusan. Dengan fokusnya pikiran pada satu hal saja maka semua yang tidak ada kaitannya dengan hal itu akan dikesampingkan. Semenjak kepanikan melanda, kami jadi tidak lagi memikirkan waktu untuk minum kopi, bermain game, dan juga berpacaran. Iya berpacaran. Walaupun kebanyakan dari kami memang tidak memiliki pacar (*kodong), sekedar chat dengan lawan jenis di socmed atau jalan-jalan di malam minggu masih sering kami lakukan (*asik). Tapi sekarang smartphone yang kami miliki hanya digunakan untuk temu dan membuat rencana pertemuan bersama teman-teman senasib setiap harinya.

Aku yakin, teman-temanku yang telah lebih dulu wisuda itu pernah mengalami hal seperti ini. Lalu dimana masalahnya, kalau mereka bisa aku pasti bisa. Persoalannya bukan tentang bisa atau tidaknya tapi tentang apakah proyekmu ini akan berguna atau tidak. Nah disitulah perbedaan yang paling besar antara tugas kuliah dengan tugas akhir, esensi lebih penting daripada eksistensi. Esensi adalah sebuah tanggung jawab moral pada diri pribadi agar hasil karya yang telah kita susun tidak akan menjadi hanya sekedar sampah di tengah-tengah masyarakat melainkan dapat merasakan manfaat dari apa yang susah payah kita buat. Manusia memiliki pemahaman yang sederhana tentang arti sebuah karya, bermanfaat akan disimpan, tidak bermanfaat akan dibuang. Pertanyaannya, siapa yang ingin karya yang dibuatnya sepenuh jiwa hanya menjadi sampah dan tidak dilirik sama sekali. Jika jawabannya “ada” maka sudah pasti itu adalah jawaban dari sarjana-sarjana yang hanya mengejar titelnya saja(*tsah).

Sumber : Google
Kemarin sembari menunggu ketua program studi kembali ke ruangannya, kami bertemu dengan seorang pegawai tata usaha kampus. Melalui beliau, kami mendapatkan sebuah fakta baru yang kurang mengenakkan untuk didengar. “pendaftaran akhir wisuda adalah bulan 10”, katanya sedih. Bak tersambar kilat di siang bolong kami mematung. Tak ada yang bicara, tak ada yang bersuara. Yang ada hanya mata kami yang salin beradu melihat kesana-kemari. Pikiran kami cuma satu “Bisakah ?”. Aku segera mencari tempat duduk untuk merenung sebentar tentang apa yang barusan kudengar meninggalkan teman-temanku yang masih mematung didekat pegawai tata usaha tadi. Jika itu memang benar maka waktu kami untuk berusaha terpangkas lagi menjadi satu bulan. Dengan kata lain semua waktu penyelesaian yang kami miliki adalah satu bulan. “SATU BULAN SAJA”. "awwe, susahnya jadi pengangguran", aku menggerutu

Mari sebentar kita menghitung hari yang kita miliki dalam sebulan. Penelitian, validasi dan embel-embelnya akan memakan waktu sekitar Dua minggu, kemudian jika beruntung (maksudku sangat-sangat beruntung), maka kami bisa seminar hasil pada minggu ketiga, dan jika semuanya berlangsung dengan sangat lancar, minggu keempat kami sudah bisa seminar meja sekaligus ujian tutup untuk menyelesaikan studi. Tapi kondisi itu cuma bisa terjadi jika kami adalah orang yang sangat beruntung. Selain itu, program yang kami buat harus selesai besok untuk membuat semua teori itu berjalan. Tapi dunia itu tidak seindah cerita dongeng dan film korea kawan. Jikapun program kami besok telah selesai, hambatan lainnya akan bermunculan, tanda-tangan dosen, administrasi dan penelitian lanjutan hanyalah secuil dari semua permasalah yang akan kami hadapi. Sepertinya masalah sudah mempersiapkan diri saat pertama kali mengambil mata kuliah paling “Awesome” ini, dan ketika kita sudah memulai mengerjakannya, masalahnya juga muncul.

Sumber : Google

Aku tidak akan menakut-nakuti kalian dengan cerita kami. Tapi bagi kalian yang belum mengambil mata kuliah ini, maka bersiaplah untuk berbesar dada menyambut apa yang akan datang. Jika kalian berpikir bahwa masuk ke dunia perkuliahan itu susah, tunggu sampai saat kalian ingin meninggalkannya. Sekarang tertawalah selagi kalian punya waktu HAHAHA.. 

Sekarang kami belum pesimis sepenuhnya, masih ada jalan yang terbuka, meskipun tidak seluas jalan sebelumnya, tapi kesempatan itu masih ada. Dan dimana ada kesempatan disitu ada perjuangan. Tapi… Bisakah ?

Sumber : Google




Comments