Skip to main content

Pesona Sebungkus Gigoso dari Desa Mallawa Barru

Sumber : Google
Mudik lebaran, sebuah rutinitas yang hampir dilakukan semua orang saat hari raya menjelang. Tidak terkecuali kami, yang saat itu dalam perjalanan jauh untuk pulang kampung. Aku, rifai dan adi kawanku sedang dalam perjalanan jauh untuk kembali lebaran idul adha bersama keluarga. Jarak makassar ke kampung kami cukup jauh, sekitar 180 Km atau 4 jam perjalanan. Kami berangkat dari makassar menggunakan dua buah sepeda motor. Aku berboncengan dengan Rifai sedangkan Adi sendiri. Adi memimpin jalan di depan kami.

Perjalanan kami sudah hampir mendekati perbatasan kota Pare-pare ketika Adi melambatkan motornya. kami mendekat dan dengan masih diatas motor adi bertanya sambil setengah berteriak kepada kami.

“kau tidak lapar ?” Tanyanya

“bah lapar, mau singgah dimana ?, ucapku


“Di depan banyak penjual gogos, mau?”, tanyanya lagi

“oke, sudah lama saya tidak makan gogos”, kataku lagi

“Fai bagaimana ?”, tanyanya mengalihkan pandangan ke Rifai

“Saya ikut saja… tapi pilih yang cantik penjualnya” kata Rifai

“haha.. harus itu”, ucap Adi yang kemudian mempercepat laju kendaraannya lagi

Kami akhirnya tiba di kampung Jalange, Desa Mallawa, Kecamatan Malusetasi masih dalam lingkup Kabupaten Barru dimana warung-warung yang menjual gogos berbaris rapi di pinggir jalan. Kami menghentikan motor di depan sebuah warung yang dijaga oleh seorang perempuan muda. Segera setelah duduk di dalam warung, gogos pun diantarkan ke kami.

Sumber: Google
Gogos atau orang Barru menyebutnya Gigoso dibuat dari beras ketan yang dibungkus dengan daun pisang lalu dibakar diatas bara api. Nasi ketan yang digunakan dalam membuat gogos dibedakan menjadi dua jenis yaitu nasi ketan putih dan nasi ketan hitam. Walaupun menggunakan nasi ketan yang berbeda, tidak ada hal yang berbeda dalam pembuatannya. Mau menikmati gogos hitam atau putih, semuanya menurut selera penikmatnya saja.

Gogos sangat enak dinikmati dalam keadaan panas. karena itu, para pemilik warung akan selalu memanaskan gogos sebelum membawanya kepada pelanggan. Selain karena rasanya yang nikmat saat panas, alasan lain kenapa gogos harus dipanaskan adalah aromanya. Gogos akan mengeluarkan aroma santan yang khas ketika dalam kondisi panas dan aroma ini dapat membangkitkan selera makan.

Menikmati gogos tidak akan spesial tanpa teman-temannya. Di warung ini, gogos dinikmati dengan telur asin dan sambal lombok. Tekstur nasi ketan yang lembut setelah panggang langsung pecah didalam mulut sekian detik setelah digigit sekaligus mengeluarkan aroma khasnya. Rasa gurih santan bercampur dengan asinnya telur juga turut serta meramaikan pesta rasa didalam mulut. Belum lagi rasa menendang dari sambal lombok yang benar-benar memanjakan lidah. Sebuah sensasi luar biasa yang dapat diberikan sebuah makanan kepada mulut yang mensyukurinya. Asin, gurih, pedas dan harum, itulah yang terasa saat menikmati makanan ini.

Sumber : Google
Makanan ini dijual dengan harga Rp. 3000, perbungkusnya. Sedangkan telur dijual seharga Rp. 4000 rupiah. Umumnya pelanggan yang singgah hanya mampu memakan sekitar lima bungkus gogos dan dua butir telur asin. Itu karena bentuk gogosnya yang cukup besar dan panjang dibandingkan dengan gogos di daerah lain. Hal itu diungkapkan oleh Rina ketika dia menemani kami duduk setelah dipanggil oleh rifai.

Menurut Rina, pemilik warung yang kami singgahi, warung ini dia kelola bersama dengan ibunya. Dia sendiri ikut membantu berjualan sepulang dari sekolah. Warung gogos di tempat ini buka 24 jam dalam sehari sehingga dia harus berjaga bergantian dengan ibunya. Dalam sehari, Rina dan ibunya dapat menjual sekitar 150 bungkus gogos, apalagi jika musim mudik lebaran seperti ini sedang berlangsung maka penjualan gogos dapat meningkat sampai dua kali lipat. Pelanggan yang singgah juga berasal dari daerah yang berbeda-beda, seperti dari Pinrang, Pare-pare, Enrekang, Toraja, Palopo bahkan Luwu.

Lanjut Rina, kami bertiga beruntung datang cepat ke tempat ini karena jumlah pemudik belum terlalu banyak. Pengunjung tempat ini akan meningkat ketika malam mulai tiba dan mencapai puncaknya di tengah malam. Pelanggan terbesar datang dari bus-bus besar lintas kabupaten yang mulai banyak terlihat setelah jam 10 malam.

“kalau bus besar sudah parkir disini, saya harus lari-larian pulang pergi ke rumah untuk mengambil persediaan”, kata Rina sambil tertawa

Sumber : Google
Perkataan Rina benar, walaupun jumlah pengunjung belumlah terlalu banyak, para penjual di tempat ini sudah terlihat sibuk menyiapkan gogos dalam jumlah banyak untuk menghadapi gelombang permintaan yang tinggi.

Setelah membayar gogos yang kami makan dan berterima kasih kepada Rina, kami segera bersiap untuk melanjutkan perjalanan. Semenjak tadi kami berbicara dengan Rina, Adi tidak pernah berbicara, tidak jelas apakah dia sedang menikmati makananya atau memang sedang malas bicara. Hal itu membuat kami heran ketika tiba-tiba dia berlari lagi masuk kedalam warung dan terlihat bercakap-cakap dengan Rina. Setelah selesai, dia mendatangi kami yang sudah bersiap diatas motor.

“dapat ?” Tanya Rifai

“dapat laah, nanti dikampung kubagi” jawab Adi cengengesan

“bahas apa ?” Tanyaku heran

“anak kecil tidak perlu tahu”, ucap Rifai kepadaku

Kami tertawa bersama-sama.

Adi segera menyiapkan perlengkapannya setelah itu kembali memacu motornya untuk memimpin perjalanan. Kami tentu saja tidak ingin terjaring malam di tengah perjalanan panjang mengingat masih ada beberapa KM lagi sebelum kami sampai ke tempat tujuan. Matahari sudah tenggelam separuh ketika kami selamat sampai di kampung.

Sumber : kompas

Comments